Padang, zaman.co.id – Kota Padang yang merupakaan ibukota Sumatera Baraat saat ini menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah dengan volume mencapai 650 ton setiap harinya. Dari jumlah tersebut, sebanyak 70 persen merupakan sampah organik, sementara sisanya adalah sampah anorganik.
Memang masih banyak masyarakat yang masih menyepelekan, perihal sampah ini. Namun, hal ini sebenarnya yang manjadi inti agar sebuah kota layak untuk dihuni, apalagi kota dengan predikat Ibukota.
Setelah Sukses dalam Program “Padang Bagoro”, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang, Fadelan Fitra Masta, dalam wawancara khusus di Padang, Rabu lalu menyampaikan, “Sampah organik di Padang didominasi oleh sampah dapur dan sisa makanan,” kata Fadelan. “Sebagian besar dari sampah ini berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Air Dingin.”
Fadelan menjelaskan bahwa tingginya jumlah sampah organik menunjukkan adanya perilaku boros pangan di kalangan masyarakat. Dalam upaya mengurangi volume sampah organik, ia mengajak seluruh warga Padang untuk lebih bijak dalam mengelola konsumsi makanan. “Kita harus mulai dari hal kecil, seperti penyimpanan bahan dapur yang benar, membeli bahan makanan sesuai kebutuhan, dan mengestimasi porsi makanan dengan tepat,” ujarnya.
Menurutnya, langkah-langkah sederhana ini tidak hanya akan membantu mengurangi jumlah sampah, tetapi juga menjadi upaya penting dalam menjaga ketahanan pangan dan lingkungan. Pengurangan sampah makanan yang dibuang percuma menjadi kunci untuk menghadapi krisis lingkungan yang kian memburuk.
Selain mengurangi limbah, Fadelan juga menekankan pentingnya pemilahan sampah di tingkat rumah tangga. Dengan pemilahan yang benar, sampah sisa makanan dapat memiliki nilai ekonomis dan dimanfaatkan kembali. Ia menyarankan agar masyarakat Padang mulai membiasakan diri untuk memisahkan sampah organik dari sampah anorganik.
“Jika sampah dipilah dengan benar, sampah sisa makanan bisa didonasikan atau dimanfaatkan untuk keperluan lain, seperti pakan ternak,” jelas Fadelan. Dia menambahkan bahwa sampah makanan yang terpilah dapat disalurkan kepada pengusaha maggot, peternak, atau usaha kecil pembuat pakan ternak, yang sangat membutuhkan bahan-bahan organik tersebut
Fadelan juga mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk pemerintah, swasta, dan komunitas lingkungan, untuk bekerja sama dalam pengelolaan sampah di Kota Padang. Kerja sama lintas sektoral dianggap penting untuk menciptakan solusi jangka panjang yang berkelanjutan. “Kalau bukan kita siapa lagi?” Ungkap Fadelan
“Kita perlu berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah yang lebih efektif. Dengan dukungan dari semua elemen, kita bisa mengurangi beban TPA dan memaksimalkan pemanfaatan sampah organik,” tutupnya.
Masalah sampah memang menjadi tantangan yang kompleks, namun dengan langkah-langkah strategis dan kerjasama dari berbagai pihak, Kota Padang berpeluang besar untuk menjadi kota yang lebih bersih dan berkelanjutan. Langkah kecil, seperti mengurangi sampah makanan dan melakukan pemilahan, dapat menjadi awal dari perubahan besar dalam menjaga lingkungan dan mendukung ketahanan pangan di masa depan, oleh karena itu fadelan menyebutkan permasalahan sampah yang dianggal sepele ini sebenarnya menjadi inti bagi sebuah kota untuk bisa menjadi kota layak huni.(RD)