Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Solok

Bupati Solok H. Epyardi Asda Gerak Cepat Temui Kemenperin Cari Solusi Imbas Petani Tomat Buang Hasil Panen

106
×

Bupati Solok H. Epyardi Asda Gerak Cepat Temui Kemenperin Cari Solusi Imbas Petani Tomat Buang Hasil Panen

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Kabupaten Solok, zaman.co.id – Merespon terkait adanya petani yang diduga membuang tomat hasil panennya ke dalam jurang di kawasan Alahan Panjang, Bupati Solok H. Epyardi Asda langsung menemui Kepala Badan Standarisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) dalam rangka menandatangani Nota Kesepakatan Pemerintah Kabupaten Solok dengan (BSKJI) demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing industri kecil dan menengah, Senin (01/072024) di ruang sinergi Kantor BSKJI, Jakarta.

Adanya petani yang diduga membuang tomat hasil panennya ke dalam jurang ini terjadi, karena beberapa faktor seperti hasil panen melimpah tapi harga anjlok dan kondisi jalan yang macet di Sitinjau Lauik dan daerah lainnya.

Dalam pertemuan dengan Kepala BSKJI, Andi Rizaldi  tersebut Bupati Solok, H. Epyardi Asda menyampaikan langsung kondisi para petani yang ada di Kabupaten Solok.

“Saya ingin menyampaikan, bahwa beberapa waktu kemaren petani mengeluhkan harga yang anjlok bahkan tomat hasil panen mereka terpaksa dibuang. Ini selain karena harga, juga karena akses transportasi yang macet parah di sejumlah daerah,” ungkap, H. Epyardi Asda.

Walaupun begitu, Bupati Solok, H. Epyardi Asda optimis dengan adanya kerja sama dengan Kementerian Perindustrian RI melalui  BSKJI ini diharapkan memberikan solusi bagi petani di Kabupaten Solok.

“Kami sangat yakin akan ada solusi untuk masyarakat kami. Apalagi adanya 8 (delapan) Balai (BSKJI) yang bisa bekerja sama dengan kami. Contohnya dengan bentuk kemasan, rasa, atau kerja sama dengan BPOM hingga industri hilirisasi,” sebut, H. Epyardi Asda.

Menanggapi Bupati Solok beserta rombongan, Kepala BSKJI, Andi Rizaldi mengatakan, kontribusi industri pengolahan non migas masih memberikan kontribusi terbesar dibanding sektor lainnya, yaitu sebesar 17,47% dengan share terbesar diberikan oleh sektor makanan dan minuman sebesar 6,97%.

“Dengan melihat potensi daerah di daerah Sumatera Barat, masih terbuka peluang sektor yang dapat dikembangkan untuk dapat mendongkrak kontribusi industri pengolahan non migas dari sektor lainnya termasuk dengan tomat. Sehingga bisa diandalkan pengembangan hilirisasi produknya sehingga memberi nilai tambah yang tinggi,” kata, Andi Rizaldi.

Lebih lanjut Kepala BSKJI ini mengatakan, bahwa untuk mengatasi fluktuasi harga tomat, BSKJI  sudah melakukan penelitian dan kajian tentang pengolahan tomat, lebih lanjut dengan kerjasama Pemerintah Kabupaten Solok dengan BSKJI, pihaknya akan melakukan pelatihan pengolahan tomat kepada para petani tomat di Kabupaten Solok.

BSKJI di bawah Kementerian Perindustrian mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi, perumusan, penerapan, pemberlakuan dan pengawasan standardisasi industri, optimalisasi pemanfaatan teknologi industri, penguatan industri hijau, dan penyusunan rekomendasi kebijakan jasa industri.

Guna membidik sasaran pertumbuhan industri manufaktur sebesar 5,80% di tahun 2024, Kementerian Perindustrian telah menyiapkan sejumlah langkah strategis dan hal ini tertuang dalam program prioritas pada tahun 2024. Diantaranya adalah program penerapan, pemberlakuan dan pengawasan SNI wajib, program pendidikan dan pelatihan vokasi berbasis kompetensi, hilirisasi industri, program restrukturisasi mesin dan peralatan kepada pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM), serta implementasi industri 4.0.

“Saya berharap dan yakin IKM Kabupaten Solok dapat semakin berdaya saing. Kami memiliki sejumlah balai yang memiliki keahlian dan teknologi yang dapat disinergikan program dan kegiatannya dengan program dan kegiatan Pemerintah Daerah Kabupaten Solok seperti yang disampaikan Pak Bupati tadi,” jelas, Andi Rizaldi.

Terkait dengan aksi buang tomat yang diduga dilakukan oleh para petani, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Solok, Kenedi Hamzah menyampaikan, bahwa hasil pembahasannya bersama kelompok tani, terungkap bahwa kejadian ini sering terjadi ketika harga tomat anjlok.

“Ini karena petani sudah memanen tomat mereka dan dibawa ke pasar sayur tetapi tidak ada yang membeli maka mereka membuang demi hanya untuk menyelamatkan petinya. Sebagian petani memilih tidak memanen tomatnya dan membiarkan busuk dilahan, supaya tidak menambah biaya, setidaknya bisa jadi pupuk organik,” terang, Kenedi Hamzah.

Ini berkaitan dengan harga tomat cukup lama tinggi karena daerah Padang Panjang dan Tanah Datar tidak bisa menanam tomat karena faktor bencana termasuk juga daerah sentra lainnya kurang menanam.

Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Solok itu, diperlukan pola tanam dimana penerapannya bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya lahan secara optimal, efektif dan efisien untuk menghindari risiko kegagalan panen dalam sistem usaha tani, karena hanya mengusahakan satu jenis tanaman saja dalam satuan waktu tertentu.

“Maka petani Solok banyak menanam. Sekarang kita over produksi sehingga harga anjlok. Termasuk di Jawa juga ikut panen. Dulu harganya sempat Rp 12 ribu Tapi sekarang harga di petani kita Rp 700 dan RP 1.200 di pedagang,” ujar, Kenedi Hamzah. (kmfo.slk)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *