Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
PADANG

Banjir “Kunjugi” Kota Padang, BWSS V Padang Fokuskan Penanganan Jangka Panjang.

101
×

Banjir “Kunjugi” Kota Padang, BWSS V Padang Fokuskan Penanganan Jangka Panjang.

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Padang, Zaman.co.id – Kita sebagai manusia tidak tahu kapan bencana akan terjadi, oleh karena peningkatan kewaspadaan harus dilakukan.

Seperti Banjir yang melanda padang pada Jumat silam yang membanjiri beerapa titik di Kota Padang dan mengakibatkan longsor di beberapa titik. Bencana ini dinilai hampir sama dengan yang terjadi pada tahun 2016 lalu.

Padahal, kalau dibandingkan kejadian banjir yang terjadi di Kota Padang, tahun 2016 dan 2023 ada perbedaan, namun parahnya sama. Bayangkan, curah hujan 2023 ini (218 mm/) dan lebih kecil dibanding 2016 (< 300 mm/hari , dampak banjirnya sama. Tentu jadi pertanyaan, apa penyebabnya.

Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera V (BWSS V) Sumbar, Muhammad Dian Al Ma’aruf, mengatakan, untuk jangka pendek penanganan banjir di Kota Padang, melihat kondisi banjir yang terjadi, Jumat (14/7), perlu dilakukan pengurangan resiko banjir.

Katanya, untuk jangka pendek dan sangat mendesak Kota Padang, sangat membutuhkan penambahan beberapa unit pompa penyedot air. Sebab, sekarang, baru punya 1 pompa penyedot air. Itupun belum cukup menangani banjir, disaat tingginya curah hujan yang terjadi.”Jangka pendek, perlu penambahan pompa penyedot air,” kata sosok yang dekat dengan kalangan media.

Untuk jangka menengah dan jangka panjang, ujar sosok yang sangat peduli dengan banjir Kota Padang ini, sedang dikaji ulang. Ini terkait kapasitas sungai dan polder yang ada. Sehingga, bisa diketahui upaya penanggulangan banjirnya bagaimana, apakah penambahan polder, tanggul sungai atau normalisasi sungai.

“Ini perlu dikaji ulang, sebab masterplan sudah dibuat 2001, salah satu produknya banjir kanal dan drainase lolong, termasuk bangunan pengendalian banjir lainnya, beda dengan kondisi sekarang ini. Apalagi, jika dibandingkan kejadian banjir tahun 2016 dengan 2023. Curah hujan 2023 lebih kecil hanya (218 mm/hari), parahnya hampir sama dengan 2016, dengan curah hujan (<300 mm/hari,” ulasnya.

Dian panggilan akrab Ka Balai ini, juga menyinggung, resiko bencana banjir, juga disebabkan oleh kondisi lingkungan permukiman di daerah bantaran sungai yang sangat padat. Ditambah sistim tata bangunan dan sirkulasi tidak teratur, termasuk tanggul sungai dan drainase tak memadai. Sebab, sudah menyatu dengan bangunan hingga terjadi alih fungsi lahan. Solusinya, perlu juga diperketat masalah perizinan

“Intinya, penanganan permukiman dan perbaikan infrastruktur pendukung serta penataan drainase, diharapkan menjadi salah satu fokus pemerintah agar bencana banjir tidak semakin parah atau terjadi lagi,” katanya

Diakhir keterangan Dian menyampaikan, hal yang menjadi penyebab semakin banyaknya air dipermukaan, karena semakin banyaknya lahan resapan yang tertutup bangunan meningkatkan koefisiensi run off. Sehingga selanjutnya harus diantisipasi lagi dengan lebih selektif dalam tata perizinan penempatan bangunan.

“Hal lain yang juga penting diperhatikan adalah drainase, kebersihan yang perlu dijaga bersama antara pemerintah dan masyarakat umumnya,” kata Dian Mengakhiri. (RD)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *